Mentari malu-malu menampakkan sinar emasnya.
Angin tak segan menghampiri. Langkahku semakin cepat menapaki paving di halaman
samping sekolahku. Canda tawa kawan-kawanku pun ikut membaur dengan suasana
yang apik itu. Tiba-tiba sorot mataku tertuju pada sesosok yang tengah
bersantai di depan sebuah ruangan dengan tunas kelapa di pintu ruang itu.
Kacamata itu membuatku sulit untuk menghindar. Tapi aku hanya terdiam dan
mematung di tempat dudukku saat itu.
“Tuh,
ada Kak Finno..!” desis salah seorang temanku.
“Ke
sana, yuk..!” ajakku sambil menunjuk posisi Kak Finno.
“Ya
udah.. Yuk..!” seru teman-temanku bersamaan.
Sambil
cekikikan aku beranjak dari tempat tadi. Entah kenapa, degup jantungku mulai
tak karuan. Nafasku memburu. Seakan jantungku memompa darah lebih cepat.
“haiii
kaaakkk finnn ?” sapaku dengan nada terpatah-patah
“iya
adik J “sahutnya dengan penuh kelembutan
Seakan jantungku berhenti sejenak dan mulai
tak karuan lagi seperti habis lari maraton
“Kak,
sebenarnya gimana sih tugas-tugas paparazi sekolah?” tanyaku sembari
menyembunyikan ekspresi ceria yang meluap-luap ini.
“Ya
pokonya gitu-gitu, Dhek..! Emangnya kenapa?” ucap Kak Finno dengan senyum khas
Finno-nya.
“Lha
kok nggak pernah aktif, Kak?” temanku menambahi.
“Lha
itu udah turun-temurun. Dari zamanku sih, sebenernya..!” jawab Kak Finno dengan
temannya.
“tenyata semua ini karena DIA” gertakku dalam
hati
…
Aku ikut tertawa dalam hati. Masih banyak
percakapan antara teman-temanku dengan Kak Finno yang juga tak sendirian. Suara
Kak Finno yang menerobos telingaku terdengar amat lembut. Belum lagi, senyumnya
yang membuatku terbang tinggi, membelah atmosfer bumi, terjun bareng paus2
akrobatis, dan menuju rasi bintang paliiiing romantis (kok jadi kayak iklan..!)
Tak
tau lagi apa yang mereka bicarakan dengan Kak Finno. Konsentrasiku hanya
tertuju pada keeksotisan makhluk di hadapanku ini. Aku juga tak ingat berapa
menit yang telah kulalui bersama senyum indah Kak Finno. Lalu ia berkata
“Aku
ke kelas dulu, ya dik….!” Ucap Kak Finno begitu saja.
Seakan hal yang dikatakan itu memutuskan
semangatku .namun, Aku mulai bisa menghempaskan nafas panjang ketika Kak Finno
berlalu. Rasa kagumku semakin memuncak setinggi Himalaya.
Tak
sabar aku ingin mencurahkan semua rasa ini kepada teman-teman kelas yang memang
setia mendengarkan semua keluhku. Semangat aku menapaki setiap anak tangga. Dan
ketika aku memasuki ruang kelas,
“Ada
crita lo…. Bla..bla..bla..”
Kuceritakan semua yang terjadi tadi dari A
hingga Z, samapi benar-benar tak ada yang terlewatkan. Tentu saja aku bercerita
menggebu-gebu dengan gelak yang menjadi-jadi.
Dan
hanya 1 kata yang dapat kuucapkan,
“EKSOTIS…!”

0 komentar:
Posting Komentar